My Secret Admirer (1)

Wednesday, April 10, 2013

Ini tentang kisah cinta seorang pemimpi besar yang berjiwa besar dan bermental tahu. Sangat bersebrangan.

Cerita ini bermula ketika Tari menemukan sebuah amplop cokelat di halte bus tempat ia biasa menunggu angkutan yang mengantarnya ke kantor setiap hari. Amplop itu tergeletak begitu saja di tempat duduk halte. Tari melihat-lihat sekeliling dirinya namun disana hanya ada dia dan amplop itu. Tari penasaran lalu mengambil amplop misterius itu. Misterius karena tidak diketahui pemiliknya. Ia tak langsung membuka isi amplop itu. Yang Tari lakukan saat itu adalah menaruhnya ke dalam tas kerjanya.

Setibanya di kantor, Tari buru-buru membuka amplop yang ia temukan itu. Amplopnya begitu rapi sehingga Tari sayang untuk merobeknya. 
"Isinya apaan ya, jangan-jangan isinya surat berharga. Ah, tapi kalo surat berharga mana mungkin dibiarkan jatuh di halte." Ucap Tari dalam hati.

Begitu Tari merobek amplop itu, tiba-tiba suara Roni mengagetkannya.

"Ehem, surat cinta ya Tar? Cie cie, dari siapa tuh." Sela Roni.
"Ih, elo bikin orang jantungan aja. Gak tau nih isinya apaan, gw aja penasaran." Jawab Tari spontan.
"Lha, gw pikir surat cinta." Roni menambahkan.
"Surat cinta dari kakek lo." Tari kesal.
"Ya udah sih lo buka tu amplop kalo penasaran. Gw jg pengen liat isinya apaan. Boleh kan?" Roni merajuk.
"Ah engga-engga, kenapa lo jadi mau liat juga. Gw bukanya nanti aja kalo udah di rumah. Bahaya kalo lo tau. Nanti lo bocorin ke temen-temen lain lagi." Tari makin kesal.
Roni pun berlalu dari hadapan Tari.

Tari bekerja tidak seperti biasanya. Aktivitasnya diselingi dengan sesekali melihat jam di tangannya. Rupanya Tari sudah tak sabar menunggu waktu pulang dan ingin segera membuka amplop yang sudah robek itu.

Jam di tangan Tari menunjukkan waktu pulang. Tari pun membereskan semua pekerjaannya dan langsung meninggalkan meja kerjanya. Perjalanan dari kantor ke rumah Tari hanya menempuh waktu setengah jam. Namun perjuangan Tari menunggu angkutan yang lama. Bisa sampai satu jam. Sepertinya Tari sudah ingin cepat-cepat tiba di rumah saja. Untungnya bus yang Tari tunggu tak lama datang. 

Sesampainya di rumah, hal pertama yang Tari lakukan adalah membuka amplop itu. Tari benar-benar dibuat penasaran oleh isi amplop itu. Ia pun langsung membukanya. Dan ternyata isinya adalah sebuah karya seni yang berbentuk lukisan di atas kertas A4. 
"Haah? Lukisan wajah gw?" Tari kaget bercampur heran.
"Siapa yang naroh ini di halte ya, terus kenapa bisa pas sama gw?" Tari semakin heran.
Dibolak baliknya amplop dan lukisan itu, tetapi ia tak menemukan satu identitaspun. Saking penasarannya, dia menelpon semua  teman-temannya yang pandai melukis. Namun ia tidak mendapatkan hasil apa-apa. 
"Kalo gw nemuin siapa yang bikin lukisan ini terus naroh di halte, hal pertama yang mau gw lakuin adalah marahin dia." Ucap Tari sambil melihat lukisan wajahnya itu.

Pagi pun datang seperti biasa. Tari sudah bersiap-siap berangkat kerja. Hari itu ia terlihat lebih ceria. 
"Bekal makannya Kak!" Ibu menyodorkan sebuah tempat makan berbentuk kotak kepada Tari.
"Semalam pulang jam berapa, kok ibu gak tau." Tanya ibu.
"Oh, kakak pulang tepat waktu kok bu. Kemarin mungkin ibu sama ade lagi di warung. Kakak agak kurang enak badan, jadi langsung tidur." Jawab Tari.
"Oh gitu, iya kemarin warungnya ramai banget Kak, jadi ibu sama ade pulangnya telat." Kakak gak kenapa-kenapa kan? Sudah minum obat belum?" Ibu panik.
"Kakak gak apa-apa kok bu. Ini udah segeran." Jelas Tari.
"Ya udah, kakak berangkat ya. Nanti pulang kerja kakak langsung ke warung aja." Tari mencium ibu sekaligus ayahnya itu.

Halte hari ini tampak sesak. Tidak seperti kemarin. Tari pun bergabung dengan orang-orang yang sedang menunggu bus itu. Sepanjang jalan Tari masih saja memikirkan tentang lukisan wajahnya. 

Suasana kantor pun masih seperti biasanya. Suara printer dan telepon kantor berbunyi sesekali. Tari membuka komputer kerjanya dan langsung membuka email. Di bagian kotak masuk emailnya Tari menemukan satu pesan dengan subjek 'Good Morning' yang isi pesannya sangat singkat 'Hi, beautiful girl. Hope you like my present yesterday. :)'. Tari ternganga dan semakin merasa heran dengan kejadian dua hari ini. Tari melihat pengirim pesan tersebut. Namun akunnya sedikit janggal. Siapa orang yang sudah membuat Tari tidak bisa tidur ini. Taripun tak tahu.

"Kania Distariiiiii..." Uchi mengagetkan Tari dari belakang.
"Uchiii, kaget tauuu." Tari sedikit marah.
"Hehe, maaf deh. Abisnya kamu aku panggil-panggil gak nengok. Lagi sibuk apa sih neng cantik?" Goda Uchi.
Uchi ini teman Tari dari SMA. Mereka kebetulan kuliah di bidang yang sama dan kemudian bekerja di tempat yang sama pula. 
"Gak ngerjain apa-apa kok. Ini aku lagi buka email doang. Kamu kenapa manggil aku Chi?" Tari bertanya.
"Enggak, ini tadi aku dapet telpon dari ko Mike. Katanya nanti siang kita ada meeting sama klien yang dari Jakarta itu. Tadi ko Mike nelpon kamu cuma kamunya belom dateng. Bisa, kan?" Ucap Uchi.
"Oh, iya bisa kok. Jam berapa Chi?" 
"After lunch deh kayaknya, soalnya mereka baru nyampe Bandung jam 12-an. Paling mereka juga makan siang dulu." 
"Oh, ya udah. Aku nyiapin bahan-bahan meeting dulu kalo gitu. Kamu nanti hubungin mereka aja ya Chi. Siapa tahu mereka bisa sebelum makan siang." 
"Iya, oke boss. Ya udah, aku balik ke meja ya. Kamu jangan bengong-bengong aja entar kesambet lho. Hehe." Uchi pun berlalu.

Tari langsung menutup pesan di kotak masuk emailnya lalu menyiapkan bahan-bahan untuk presentasi nanti siang. Kebetulan Tari ini adalah tangan kanan bosnya. Jadi apa-apa Tari yang harus  turun tangan. Maklum bosnya expat jadi tidak setiap waktu ada di Bandung. Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang melelahkan bagi Tari. 

Waktu menunjukkan jam makan siang. Tari membuka bekal dari ibunya tadi pagi. Selesai makan ia langsung sembahyang dzuhur. Beberapa jam kemudian meeting pun berlangsung. Seperti biasa presentasinya yang menarik dan cemerlang ia selesaikan dengan baik. Di luar ruangan meeting, Tari bercakap-cakap sebentar dengan kliennya itu.

"Thanks ya, mbak Tari. Bos saya suka sama presentasi mbak. Semoga kerjasama kita bisa terus terjalin." Ucap Dandy.
"Sama-sama mas Dandy. Saya senang kalau pihak mas juga puas dengan presentasi kami. Iya mas semoga kedepannya kita bisa lebih solid lagi ya. Terimakasih kunjungannya ke kantor kami." Jawab Tari sopan.
Tari pun mengantarkan kliennya sampai keluar kantor. Tari lega, tugasnya hari ini sudah selesai dengan rapi. Ia kembali ke meja kerjanya dan membuka email.  

From : Secret Admirer
Subject : Congratulations

Cantik, selamat ya. Presentasi kamu berhasil lagi ya? Kamu memang berbakat. :)

Tari kembali dikejutkan dengan penampakan yang  ia lihat pada bagian paling atas kotak masuk emailnya.

"Gila, ni orang niat banget sih bikin gw jantungan. Kok dia tahu kalo gw abis presentasi?" Tari semakin berada di ujung rasa penasarannya.

To : Secret Admirer
Subject : Re: Congratulations

Sorry, kamu siapa sih. Dari kemarin kamu bikin aku gak bisa mikir. Kalo kamu tau aku, datengin aku. Temuin aku. Jangan kayak banci dong! Kalo berani ngomong langsung di depan aku.  Be gentle!

Tari mengirim balasan ke akun email aneh itu. Tak terasa hari sudah mulai sore. Tari harus segera pulang. Seperti janjinya tadi pagi, ia langsung menuju ke warung tempat ibunya berjualan.

Pengunjung rumah makan sore itu lumayan banyak untuk ukuran rumah makan sekelas rumah makan ibu Tari. Ibunya memang jago memasak. Saking ramainya, Tari tak sempat memperhatikan seseorang yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan dengannya. 
"Eh, maaf mas. Saya yang salah. Permisi." Tari langsung meminta maaf kepada orang yang baru saja ia tabrak. Orang itu pun tidak memperpanjang urusannya dengan Tari. 
"Kak Tari, kok kakak langsung kesini?" Tanya Nindy adik Tari.
"Iya De, kan tadi pagi kakak udah janji sama ibu."
Ibu Tari tidak sendiri, ia dibantu beberapa orang karyawan yang merupakan tetangga rumahnya. Kadang, mereka juga membantu menjaga Nindy jika ibu harus turun langsung membuat masakan. Maklum Nindy masih kecil jadi harus selalu di awasi. 
"Nindy langsung pulang aja yuk sama kakak. Biar si mbak nya bantuin ibu aja. Kan lagi rame." Ajak Tari pada adik satu-satunya itu. Tari pun langsung menemui ibunya dan membawa adiknya pulang.
Kebetulan jarak rumah dan warungnya tidak terlalu jauh, jadi Tari bisa pulang dengan berjalan kaki.

Setibanya di rumah, Tari mendapati sepucuk surat diantara beberapa tangkai bunga mawar putih di atas meja di teras rumahnya. Ia langsung menghela nafas panjang. 
"Apaan lagi ini, lama-lama gw bosen juga dapet ginian terus." Tari mengambil bunga dan masuk ke dalam rumah.

"Hi cantik, mudah-mudahan kamu suka mawar putih ya. :)" Tulis orang misterius dalam surat itu.

"Gila, ini pasti orang yang sama yang udah naroh lukisan dalem amplop di halte, yang ngirim email ke gw, yang ngucapin selamat buat presentasi gw deh. Kok dia rajin banget sih. Gw aja gak kepikiran buat dapet ginian tiap saat." Tari mulai geram. 

Kira-kira siapa ya, pemimpi besar yang bermental tahu yang sudah mengirimkan kejutan-kejutan untuk Tari? 

-to be continued-
***



 

©Copyright 2011 Pabrik Huruf | TNB